Tulisan Terbaru

Info Ringan

Tutorial Bisnis Internet

Ekonomi Bisnis

Rabu, 09 Desember 2009

Mereka yang Mengaku Intelektual ...

Rabu, 09 Desember 2009
Hampir seluruh daerah di Indonesia pada Rabu (9/12) kemarin menggelar aksi unjuk rasa memperingati Hari Antikorupsi se Dunia. Aksi itu dilakukan secara massal oleh berbagai kalangan mulai dari elemen mahasiswa, akademisi, politisi, masyarakat awam, hingga LSM. Kita patut bersyukur, hampir semua aksi yang melibatkan ratusan ribu orang itu tidak berakhir anarkis seperti yang dikhawatirkan sebelumnya.

Sayangnya, apa yang terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan justru bertolak belakang. Aksi unjuk rasa memperingati Hari Antikorupsi se Dunia itu malah berakhir ricuh dan diwarnai bentrokan antara pengunjuk rasa dengan aparat keamanan. Di layar televisi, kemarin, kita dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana aksi brutal yang dilakukan oleh para pengunjuk rasa yang mayoritas berasal dari kalangan mahasiswa. Mereka menghancurkan kendaraan, menyerang restoran cepat saji, dan melempari aparat dengan batu. Tak ada satu pihakpun yang bisa menghentikan massa. Mereka tentu khawatir jika dilarang, massa akan bertindak semakin brutal.

Apapun alasannya, tentu kita tidak pernah sebelumnya mennginginkan aksi unjuk rasa berakhir dengan ricuh. Apalagi sampai membuat masyarakat ketakutan. Bukankah para mahasiswa calon intelektual itu sebenarnya sedang menggelar aksi membela kedaulatan rakyat? Tapi kenapa justru rakyat yang jadi korban. Rakyat malah ketakutan dengan aksi brutal mahasiswa itu. Hal itu sungguh keterlaluan. Ironis, dalam aksi yang katanya membela rakyat itu justru menindas rakyat dengan menghancurkan kendaraan dan fasilitas umum. Bahkan ada yang sampai melempar bom molotov.

Mereka mengaku mahasiwa tapi kelakuan tidak jauh beda dengan anak kecil. Sikap mereka sungguh kekanak-kanakan. Apalagi jika menyimak perkataan ketua HMI Makassar yang bernama Amal dalam wawancara di stasiun televisi swasta kemarin. Dia mengatakan tindakan anarkisme itu terjadi karena akumulasi kekesalan mahasiswa akibat tindakan korupsi yang terjadi selama ini!

Luar biasa ucapan seorang mahasiswa yang notabene adalah calon intelektual tersebut. Bisakah alasan itu dijadikan permakluman atas aksi anarkis yang mereka lakukan? Hanya orang yang berpikiran sempit dan preman kelas kampung yang menggunakan otot dalam menyelesaikan persoalan. Apalagi, permasalahan korupsi merupakan permasalahan besar bangsa yang mesti diselesaikan dengan kerja keras, bukan dengan kekerasan.

Kondisi ini mau tak mau mengingatkan kita pada lirik lagu SLANK yang berjudul Tong Kosong, kira-kira liriknya berbunyi sebagai berikut, “Sedikit ngerti ngaku udah paham
Kerja sedikit maunya kelihatan, Otak masih kaya' TK, Koq ngakunya Sarjana, Ngomong-ngomongin orang, Kaya udah jagoan...”

Lalu, apakah dengan kekerasan lantas persoalan bangsa ini akan selesai? Tentu tidak! Sebaliknya justru mereka menjadi penyebab terpuruknya bangsa ini akan tertawa lebar melihat anak bangsanya berkelahi antar sesama.

Bagaimanapun, tragedi itu telah terjadi dan akan tercatat dalam lembaran sejarah bangsa ini. Hendaknya hal ini kita jadikan pelajaran yang sangat berharga dalam membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik. Kita tentu mendukung aksi unjuk rasa memperingati Hari Antikorupsi itu. Dengan catatan aksi benar-benar murni dan berlangsung dengan aman, tertib, dan damai. Sebaliknya, kita tentu mengutuk jika aksi moral itu justru berlangsung dengan anarkis yang ujung-ujungnya justru akan merugikan kita sendiri.

Terlepas dari hal itu, yang tak kalah pentingnya adalah gerakan antikorupsi ini jangan hanya berlangsung musiman saja. Meminjam sebuah ungkapan, “hangat-hangat tahi ayam.” Kita menginingkan agar gerakan antikorupsi ini benar-benar terus berlanjut dan bergema. Sehingga pada akhirnya nanti, Indonesia akan terbebas dari segala bentuk korupsi. Bravo!*


Related Posts



0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Vox Populi Vox Dei | Powered by Blogger | Template by Blog Go Blog