Tulisan Terbaru

Info Ringan

Tutorial Bisnis Internet

Ekonomi Bisnis

Jumat, 18 Desember 2009

Menanam Pohon Jangan Hanya Seremonial

Jumat, 18 Desember 2009
Salah satu agenda nasional pada bulan Desember ini adalah peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) sekaligus pencanangan Bulan Menanam Nasional 2009. Secara serentak, ribuan bahkan jutaan bibit pohon ditanam di seluruh Indonesia. Tujuannya tentu saja untuk menghijaukan kembali bumi Indonesia yang konon kabarnya merupakan ‘paru-paru’ dunia. Apalagi, sejak beberapa waktu terakhir perbincangan mengenai antisipasi perubahan iklim dan pemanasan global (global warming) dengan melakukan aksi penghijauan sudah menjadi isu internasional yang mesti didukung oleh setiap negara, tak terkecuali Indonesia.

Aksi penamana pohon secara massal di Indonesia sebenarnya sudah berlangsung berulang-ulang kali, bahkan hampir dikatakan setiap tahun. Masing-masing unsur muspida, mulai dari gubernur, walikota/bupati, Kapolda, Danrem, hingga camat dan lurah sekalipun selalu terlibat dalam aksi menanam pohon secara serentak itu.
Kita tentu mengapresiasi upaya untuk menghijaukan kembali bumi yang sudah tua ini.

Kita juga sepenuhnya sadar, berbagai kejahatan penebangan hutan secara liar atau illegal logging telah menyebabkan jutaan hektar hutan di negeri ini menjadi gundul, kering kerontang. Akibatnya, bencana banjir dan tanah longsor kerap menyapa kita dan tak jarang menimbulkan korban jiwa dan kerugian materil yang tidak sedikit.

Selain itu, seperti yang sering dikatakan para ahli dan pakar, hijaunya kembali hutan kita juga turut memberikan kontribusi dalam mengurangi efek rumah kaca sebagai akibat dari dampak pemanasan global yang mulai menjadi topik utama di bidang iklim akhir-akhir ini.

Menanam pohon mungkin saja gratis, namun bibitnya tentu saja tidak gratisan. Dalam pencanangan Bulan Menanam Nasional 2009 kali ini, setiap Provinsi disuplai sebanyak 400 ribu bibit untuk ditanam. Jumlah itu di luar jumlah bibit pohon hasil swadaya masyarakat, pengusaha, maupun LSM. Jika dihitung-hitung, jika tahun 2050 saat evaluasi dunia terhadap climate change terjadi, di Indonesia sudah tertanam 9,3 miliar pohon. Maka pohon ini akan mampu menyerap sekitar 50 miliar ton karbondioksida setiap tahunnya.

Apalagi, jika mempertimbangkan laporan iklim PBB, bahwa suhu dunia diperkirakan akan bertambah diantara 1.1 dan 6.4 derajat Celsius (2.0 dan 11.5 derajat Fahrenheit) sementara tingkatan air laut diantara 18 cm dan 59 cm (7 dan 23 inci) diabad ini. Maka, upaya penanaman pohon itu harus didukung oleh semua pihak.

Tentu anggaran negara yang tersedot untuk kegiatan ini juga tidak sedikit. Departemen Kehutanan (Dephut) saja menganggarkan hampir Rp200miliar untuk pengadaan bibit pohon. Kita tentu berharap angka yang sedemikian besarnya tidak mubazir alias terbuang percuma. Pasalnya, tidak jarang kegiatan penanaman pohon itu hanya sekedar simbolis belaka. Kemudian bagaimana nasib pohon itu selanjutnya tidak jelas.

Hendaknya, aksi penanaman pohon itu bukan hanya sekdar seremonial semata namun juga diikuti dengan kesadaran bersama untuk merawat pohon-pohon itu kelak. Pohon juga makhluk hidup, dans ebagaimana makhluk hidup lainnya pepohonan tentu juga butuh perawatan. Kalau tidak pohon itu akan meranggas dan layu akhirnya mati. Maka, apa yang dicita-citakan dengan mengantisipasi perubahan iklim hanya menjadi teori di atas kertas saja tapi nol besar dalam realisasi.

Untuk itu, perlu juga kiranya pemerintah tidak hanya menganggarkan dana untuk pengadaan bibit gratis saja, namun juga dilanjutkan dengan pengalokasian dana untuk perawatannya. Dengan demikian, tidak ada lagi alasan bagi pemerintah daerah dan masyarakat untuk tidak merawat pohon yang telah mereka tanam itu. Kemudian, kepala daerah dan dinas/instansi terkait juga harus mengawasi dan melakukan pemantauan secara berkala agar dana ratusan miliar rupiah itu tidak terbuang percuma. *


Related Posts



0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Vox Populi Vox Dei | Powered by Blogger | Template by Blog Go Blog