Tulisan Terbaru

Info Ringan

Tutorial Bisnis Internet

Ekonomi Bisnis

Rabu, 09 Desember 2009

Ketika Fauzi Bahar Dilempar Air Cabe

Rabu, 09 Desember 2009
Untuk kesekian kalinya para pedagang Pasar Raya Padang menggelar aksi demo terhadap kebijakan Pemko Padang terkait pembangunan kios darurat. Bahkan, dalam demo yang digelar pada Senin (7/12) lalu terbilang lebih berani daripada aksi sebelumnya. Pasalnya, ratusan pedagang itu nekad menghadang mobil Walikota Padang Fauzi Bahar saat hendak meninggalkan Gedung DPRD Sumbar setelah acara pelantikan Marlis Rahman sebagai Gubernur Sumbar.

Tidak hanya itu, aksi nekad pedagangitu berlanjut dengan melempar air cabai, kotakkardus dan botol air mineral yang malah ‘nyasar’ mengenai sejumlah petugas kepolisian yang mengawal ketat Fauzi Bahar. Berkat pengamanan polisi yang ketat ini, Fauzi Bahar akhirnya selamat dan sukses meninggalkan halaman DPRD Sumbar tanpa cidera. Untungnya aksi ini berakhir aman dan damai, karena pihak kepolisian cukup bersabar dan tidak melawan amukan pedagang.

Dari sekian aksi demo yang digelar sehubungan dengan polemik kios darurat Pasar Raya Padang, baru kali inilah demo berlangsung cukup ‘brutal’ dan menjurus pada aksi anarkis. Hal ini, tentu sangat disayangkan sekali. Padahal, sebelum aksi demo dilakukan para pendemo telah berjanji tidak akan melakukan aksi-aksi yang anarkis. Namun kenyataannya, lain perbuatan dengan perkataan. Yang terjadi di lapangan malah Walikota dilempari secara brutal.

Memang polemik kios darurat di pasar Raya Padang tidak mudah menyelesaikannya karena melibatkan berbagai pihak yang masing-masing punya keinginannya sendiri. Hal itulah yang masih belum ditemukan solusinya hingga sekarang. Pedagang maunya begini, sementara Pemko Padang maunya begitu. Akhirnya tidak ada kata sepakat.

Meski menyelesaikan persoalan ini tidak semudah membalik telapak tangan namun bukan berarti tidak bisa diselesaikan. Jika merujuk pada aksi demo anarkis pada Senin kemarin jelas pedagang ‘memilih’ menyelesaikan persoalan dengan ‘kepala panas’. Hal ini, bukannya menyelesaikan persoalan malah akan menjauhkan inti permasalahannya dari kata solusi yang sama-sama mengenakkan masing-masing pihak.

Namun, tentu kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya tindakan para pedagang itu. Jika mereka sudah sedemikian nekatnya melempari pemimpin kota ini tentu ada penyebabnya. Ibarat kata pepatah, tidak ada asap tanpa api. Oleh karena itu, dengan adanya kejadian yang sangat memalukan warga Minang itu maka kita mengharapkan Walikota Padang benar-benar mencari apa yang menyebabkan pedagang berubah menjadi nekat. Kalau perlu ajak mereka bicara baik-baik, jangan menghindar. Tanya apa maunya, dan jelaskan prosedur yang mesti dipahami juga oleh pedagang.

Kalau tragedi pelemparan air cabai itu dibalas dengan ‘kekerasan’ maka akan semakin runyam persoalannya. Di sinilah karakter kepemimpinan Walikota Padang yang mantan seorang prajurit Angkatan Laut itu diuji. Bagaimana dia menghadapi rakyatnya yang sudah menjurus pada aksi kekerasan dalam melakukan demonstrasi.

Dan kepada para pedagang, cukup aksi brutal pada Senin kemarin menjadi aksi yang pertama dan terakhir. Jangan lagi ‘berlebihan’ menggunakan otot daripada otak. Apalagi pedagang sudah terbiasa menghadapi konsumen, tentu sudah tahu cara berbaik-baik dengan orang. Kalau pedagang tetap menggunakan cara-cara kasar tentu simpatik akan berubah jadi antipati. Dan hal itu tentu sangat tidak diharapkan dalam kasus ini.

Sekali lagi meminjam ungkapan, kusuik-kusuik bulu ayam paruh juga yang menyelesaikan. Maka, serumit dan serunyam apapun persoalan kios darurat Pasar Raya Padang ini yakinlah akan ada jalan keluarnya jika masing-masing pihak mau menahan diri dan lebih mengutamakan kepala dingin dalam menghadapi persoalan ini. *


Related Posts



0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Vox Populi Vox Dei | Powered by Blogger | Template by Blog Go Blog