Tulisan Terbaru

Info Ringan

Tutorial Bisnis Internet

Ekonomi Bisnis

Jumat, 18 Desember 2009

Balap Liar Mungkinkah Diberantas?

Jumat, 18 Desember 2009
Seperti halnya kota besar lainnya di Indonesia, Kota Padang juga dihadapkan pada sejumlah persoalan di bidang tertib lalu lintas. Salah satu di antaranya adalah aksi balap liar (bali) motor oleh sejumlah pemuda. Suara raungan klanpot modif yang dilakukan pembalap liar itu jelas sangat meresahkan warga. Di samping itu, aksi kebut-kebutan juga menyebabkan para pengguna jalan lainnya menjadi tidak nyaman.

Biasanya, aksi balap liar itu digelar saban malam Sabtu dan Minggu pada sejumlah titik di sepanjang jalan protokol di Kota Padang. Misalnya Jalan Samudera Pantai Padang, Jalan Raya Lubuk Begalung, dan Jalan Khatib Sulaiman. Tempat-tempat tersebut mendadak berubah menjadi ajang balap liar sekelompok pengendara sepeda motor. Bagi yang gemar menonton balap, inilah kegiatan yang tiap pekan dinanti-nanti. Namun bagi sebagian masyarakat lain, hal ini patut diberantas karena tak jarang mengancam jiwa tak hanya pesertanya tapi juga orang yang kebetulan lewat di tempat tersebut.

Banyaknya kasus kecelakaan lalu lintas di ajang ini tak membuat jera para pembalap. Apalagi menghadapi protes masyarakat. Mereka tampaknya hanya tutup kuping. Bahkan, patroli polisi pun tak mereka hiraukan. Jika polisi datang merazia, mereka buru-buru bubar. Selepas para petugas keamanan itu beranjak dari lokasi, mereka pun kembali melanjutkan aksi gelapnya.

Bukan tak ada usaha polisi memberantas tindak kriminal ini. Kasat Lantas Poltabes Pa dang, Kompol H Komaruddin SIK mengatakan malam minggu kemarin pihaknya bekerja sa ma dengan Samapta dan Res krim berhasil meringkus delapan unit kendaraan bermotor (ranmor) di tiga lokasi yaitu, Ka wasan UPI, GOR H Agus Salim dan Khatib sulaiman. Delapan unit ranmor tersebut sekarang diamankan di Mapoltabes Padang untuk meng ikuti proses selanjutnya. Bahkan, dalam dua bulan terkahir ini, pihak kepolisian telah mengumpulkan ranmor sekitar 40 unit Ranmor.

Meski telah dilakukan upaya gencar dari pihak kepolisian memberantas aksi balapan liar, namun kenyataannya aksi itu terus berlanjut. Malah kian menjadi. Di sekolah, baik guru maupun kepala sekolah hanya mampu mengingatkan bahaya, dari segi kecelakaan. Selebihnya, mereka bergantung kepolisian. Sementara, dalam penilaian sebagian masyarakat pihak kepolisian dalam menertibkan aksi balap liar hanya angin-anginan atau panas-panas tahi ayam. Jika balapan liar terlihat ramai, dirazia. Jika terlihat sedikit, polisi hanya meyisir lokasi sambil lalu.

Oleh karena itu, selain upaya represif dan responsif dengan melakukan razia tampaknya pihak kepolisian juga perlu melakukan upaya lain yang sifatnya persuasif. Misalnya, dengan menyalurkan para pembalap liar itu pada ajang yang resmi. Hal ini tentu membutuhkan kerja keras dari pihak kepolisian sendiri dengan menggandeng sejumlah pengusaha agar mau berpartisipasi menyumbang dana buat pelaksanaan lomba-lomba yang jelas membutuhkan biaya besar.

Di samping itu, kiranya perlu juga dilakukan pembinaan bersama dari berbagai pihak kepada para remaja yang sering melakukan aksi balap liar itu. Pembinaan dalam hal ini dapat diartikan arti memberikan pendekatan-pendekatan kepada anggota kawanan bermotor agar bisa melakukan hal-hal yang positif. Aparat kepolisian dan pemerintah agar merangkul anggota kawanan pembalap liar, serta di ikut sertakan dalam kegiatan-kegiatan positif.

Dan hal penting yang mungkin luput dari kesadaran sejumlah pihak terkait persoalan ini adalah, adakah sekolah yang melarang dan menindak siswanya yang belum memenuhi persyaratan untuk mengemudikan sepeda motor? Hampir bisa kita lihat banyak siswa yang membawa sepeda motor ke halaman sekolah mereka masing-masing tanpa rasa bersalah. Begitu juga kita sebagai orang tua yang bangga karena anaknya sudah bisa mengendarai sepeda motor dan diijinkan untuk memakainya ke sekolah mereka masing-masing, padahal secara aturan kita tahu bahwa hal tersebut melanggar peraturan memakai kendaraan di jalan raya.

Dari fenomena ini, maka sebenarnya kita juga berperan dalam pembiaran mereka melakukan hal tersebut. Padahal sikap mental disiplin perlu kita tanamkan pada mereka, begitu juga budaya melanggar aturan kita sudah tanamkan sejak dini. *


Related Posts



0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Vox Populi Vox Dei | Powered by Blogger | Template by Blog Go Blog