Tulisan Terbaru

Info Ringan

Tutorial Bisnis Internet

Ekonomi Bisnis

Selasa, 01 Desember 2009

Antisipasi Krisis Dubai

Selasa, 01 Desember 2009
Krisis keuangan global belum benar-benar pulih. Apa yang terjadi pada Dubai World dengan anak perusahaannya, terkait potensi gagal bayar kewajibannya sebesar 60 miliar dolar AS, menjadi salah satu bukti.

Wajar jika kita berasumsi kalau sebuah raksasa keuangan di negeri petrodolar saja sudah terancam bangkrut, berarti sektor keuangan global memang benar-benar belum stabil. Belum lagi, jika melihat dari sisi kreditor yang kemungkinan menolak permintaan penundaan pembayaran Dubai World. Ini berarti likuiditas global masih belum benar-benar likuid.

Kendati begitu, banyak kalangan beranggapan krisis Dubai World hanya akan menimbulkan efek sementara, khususnya terhadap negara-negara berkembang. Bagi Indonesia sendiri, kekhawatiran terkena imbas krisis Dubai sempat terembus. Namun, sejumlah kalangan juga pemerintah menepis kekhawatiran tersebut.

Pemerintah menilai, kondisi Indonesia berbeda dengan Dubai karena rasio utang Indonesia terhadap PDB 30 persen. Ini jauh lebih baik dibandingkan Dubai. Selain itu, pergerakan mata uang rupiah relatif stabil. Pemeringkat pinjaman Indonesia juga sudah naik. Alasan-alasan inilah yang kemudian menepis kekhawatiran tadi.

Sebaliknya, pemerintah berharap justru bisa mengambil 'keuntungan' dari apa yang terjadi di Dubai. Potensi gagal bayar perusahaan investasi global milik Pemerintah Uni Emirat Arab itu, dipercaya mampu mengalihkan investor syariah, yang tadinya hanya terfokus di Timur Tengah, memindahkan dananya ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

Berharap boleh-boleh saja, apalagi dengan kondisi keuangan yang jauh lebih baik. Tapi, akan lebih baik jika kita tidak terlena dengan apa yang sudah dicapai, terkait sektor keuangan saat ini. Jangan abai dengan apa yang terjadi pada situasi keuangan global. Kita mesti belajar dari pengalaman krisis-krisis sebelumnya.

Krisis Dubai tak pelak cukup membuat pelaku pasar gusar. Dan, bukan tak mungkin pasar keuangan global bakal tertekan lagi. Situasi dan kondisi ini, langsung atau tidak, juga akan berimbas pada pasar keuangan di Indonesia. Apalagi, kita kenal selama ini pasar keuangan kita rentan terhadap pergerakan keluar masuk aliran hot money.

Kita mesti siap dan waspada terhadap pergerakan hot money ini. Situasi keuangan global yang perlahan membaik, dengan krisis Dubai, bukan mustahil kembali menghadirkan ketidakpastian. Sebagian besar investor, lantaran itu, akan memindahkan dananya ke instrumen lain yang lebih aman di negara lain. Kita jelas berharap ini tak terjadi.

Kita tetap perlu optimistis bahwa krisis keuangan Dubai tak akan menyebabkan minat investor Indonesia berkurang. Khususnya, terhadap sukuk (obligasi syariah pemerintah). Apalagi, di Indonesia, penerbitan obligasi negara setiap tahun telah mendapat jaminan pembayaran karena disediakan lewat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Optimistis untuk terus bangkit dan keluar dari dampak krisis global harus terus dipelihara. Tapi, jangan pula terninabobokan indikator-indikator makroekonomi yang positif. Terus memperhatikan setiap perkembangan yang terjadi di pasar keuangan global, sambil menyiapkan langkah-langkah darurat, jauh lebih tepat.

Sumber: Republika, 1 Desember 2009


Related Posts



0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Vox Populi Vox Dei | Powered by Blogger | Template by Blog Go Blog