Tulisan Terbaru

Info Ringan

Tutorial Bisnis Internet

Ekonomi Bisnis

Minggu, 08 November 2009

Tawuran Pelajar Terus Terjadi, Salah Siapa?

Minggu, 08 November 2009
Baru tiga hari lalu bangsa ini memperingati momen bersejarah Sumpah Pemuda. Namun nilai sejarah multi dimensi itu seolah dilecehkan begitu saja oleh sebagian pemuda dari kalangan pelajar di Kota Padang. Bukannya belajar, mereka justru berkelahi antar sesama. Entah apa yang ada dalam benak mereka, yang jelas selama ini tidak pernah ada yang namanya perkelahian alias tawuran dalam kurikulum pendidikan di republik ini.

Akibat tawuran yang dipicu dendam itu sekitar 15 siswa dari tiga SLTA di Kota Padang ‘digelandang’ ke Mapoltabes Padang. Tawuran itu berlangsung di di Jalan Sudirman dan berlanjut ke kawasan GOR H. Agus Salim. Mereka juga melempari bus kota dilempari. Bahkan, dari tangan generasi muda harapan bangsa itu juga ditemukan sebilah pisau, sejumlah batu bata dan 10 ikat pinggang yang dijadikan pelajar itu senjata untuk menghabisi lawan layaknya pendekar.

Tawurana itu tidak hanya menimbulkan korban di kalangan pelajar, namun masyarakat awam yang tidak tahu apa-apa dan tentu tidak mau ikut campur dengan keberingasan para pelajar itu justru ikut menjadi korban. Setidaknya, seorang penumpang bus kota berjenis kelamin perempuan terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka-luka terkena serpihan kaca bus kota.

Sedemikian beringas dan ganasnyakah generasi muda kota ini? Padahal tiga hari lalu mereka sama-sama menggelar upacara memperingati Sumpah Pemuda. Kemana hilangnya spirit Sumpah Pemuda itu? Dan seandainya saja kita kaji lebih lanjut, negeri ini abru saja dihantam bencana dahsyat gempa bumi yang menewaskan ribuan orang. Masihkan para pelajar itu menambah korban tewas akibat ulah beringas mereka?

Kalau mengkaji siapa yang salah dengan adanya fenomena tawuran antar pelajar, yang pertama kali tak bisa disalahkan adalah kurikulum, karena dalam kurikulum pendidikan nasional itu sendiri tidak ada mata pelajaran jadi ‘pendekar’ dadakan. Lalu kenapa tawuran antar pelajar itu terus saja terjadi, bahkan bisa dikatakan rutin terjadi setiap tahun?

Inilah pertanyaan yang harus dijawab sekaligus dicarikan solusinya oleh semua elemen masyarakat kota ini. Mulai dari kepala daerah, pihak dinas pendidikan, pihaks ekolah dan majelis guru, serta tentu saja orangtua/wali murid. Sudah sejauh manakah pengawasan yang diberikan oleh pihak-pihak terkait?

Umumnya tawuran terjadi saat pelajar pulang sekolah. Oleh karena itu, ada baiknya pada jam-jam pulang siswa ada aparat keamanan pada titik-titik yang rawan terjadinya pertemuan antar pelajar. Aparat keamanan tentu sudah punya gambaran dalam hal ini. Namun tak jarang pula tawuran terjadi pada jam-jam sekolah. Artinya para pelaku adalah para pelajar yang bolos. Maka, dalam hal ini berarti terjadi karena kurangnya pengawasan dari pihak sekolah. Beranjak dari hal ini, pihak sekolah harus meningkatkan pengawasan dan disiplinnya terhadap siswa. Siswa yang bolos haruys diberi ganjaran yang memberikan efek jera.

Sebaliknya, pihak dinas pendidikan nasional juga harus berani memberikan tindakan dan sanksi tegas kepada sekolah yang pelajarnya terlibat tawuran. Sanksi itu bisa berupa pencopotan terhadap kepala sekolah tanpa pandang bulu atau sanksi tegas lainnya.
Namun, terlepas dari hal itu, yang paling penting dilakukan adalah upaya preventif. Artinya tidak bertindak setelah kejadian namun bertindak agar kejadian tawuran itu tidak terjadi.

Untuk itu, perlu dicari akar persoalannya. Apalagi, pada umumnya yang terlibat tawuran adalah sekolah yang itu-itu juga. Hal ini dikarenakan dendam lama yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Maka, dalam hal ini, pihak Pemko Padang harus berinisiatif mempertemukan sekolah-sekolah yang termasuk dalam daftar hitam pelaku tawuran. Pertemukan mereka, cari akar permasalahannya dan selesaikan secara bijak. Hal ini lebih efektif daripada sekedar menindak para pelajar begitu perisiwa tawuran itu telah terjadi.


Related Posts



0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Vox Populi Vox Dei | Powered by Blogger | Template by Blog Go Blog